Senin, 19 November 2012

Cerita Senin - Abang Ariiq

Bismillahirrahmanirrahim

Pagi yang cerah penuh dengan semangat, apalagi saat menerima sapaan manis dari murid muridku di sekolah,   maka pagi itu akan semakin bermakna. Seperti biasa pagi ini aku menjalani aktivitas rutinku sebagai seorang guru. Setiap kali datang ke sekolah, di pagi itu pula banyak sekali ekspresi anak anak yang bisa kulihat, ada wajah ceria, senang, bahagia, bahkan ada juga wajah yang tampak murung dan sedih. Kali ini aku ingin bercerita tentang Abang Ariiq salah satu murid dikelasku. Anak lelakiku yang satu ini, anak yang cerdas, mandiri, penuh percaya diri, manis, aktif, dan pemberani. Tubuhnya agak sedikit lebih tinggi di banding dengan teman temannya yang lain, gerak tubuhnya cepat. Sedikit bercerita tentang beberapa minggu yang lalu, saat di kelas sedang menari bersama, banyak ekspresi gerak yang anak anak tunjukkan, sedikit agak berlebihan dan kurang hati hati, Abang Ariiq jatuh saat menari, dagunya membentur lantai kelas, dan terluka. Luka itu harus ditangani langsung oleh dokter, siang itu aku dan kepala sekolah langsung membawanya ke klinik terdekat. Seperti yang ku ceritakan tadi tentang sosok abang, abang itu anak yang mandiri dan kuat, tangisnya tidak pecah seperti anak seumuran dia pada umumnya. Abang hanya sedikit merintih, dan mengeluarkan air mata, hanya berkata "Ummi, abang sakit, abang sakit sekali dagunya". Saat itu melihatnya menahan rasa sakit, air mata itu ikut terjatuh. Aku bisa merasakan begitu sakitnya yang abang rasakan, jika aku bisa meminta ALLAH untuk memindahkan sakitnya itu kepadaku, aku ingin sakit itu berpindah kepadaku saja. Tangisnya tak pecah, tapi isaknya itu yang membuatku semakin pilu. Sesampainya di Klinik, abang langsung dibawa ke UGD untuk ditangani oleh dokter. Keputusannya dagu abang harus di jahit, di situ abang terlihat panik, dia menolak untuk dijahit, tapi itulah abang, dia tetep bisa menahan emosi, tangisnya tak pecah, dan tidak berteriak histeris ketakutan. Sesekali dia hanya berkata "Ummi, abang gak mau di jahit, ummi pegang suntikan sama gintingnya, abang gak mau ummi..". Singkat cerita akhirnya dengan bujukan dan sedikit paksaan demi kebaikan dan kesehatan abang, akhirnya abang setuju dagunya dijahit. 

Beberapa hari abang tidak masuk sekolah, bisa kurasakan sulitnya abang saat makan karena menahan sakit. Setelah beberapa hari tidak masuk sekolah, hari senin yang aku ingat saat itu, abang kembali masuk sekolah dengan perban yang menempel di dagunya. Rautnya masih sedikit agak manyun, karena abang tau hari ini dia   akan kontrol jahitan ke klinik dan ganti perban. Sebelumnya, Bunda abang Ariiq sudah menghubungi aku untuk menemaninya kontrol pagi itu. Setelah selesai kegiatan pagi, aku dan abang pergi ke klinik. Abang sudah mulai terlihat sedikit takut, dia mengira dagunya akan di jahit lagi. Aku coba untuk menenangkannya. Kami sudah masuk ruang dokter, abang sedikit panik dan menangis saat suster itu mulai membersihkan luka dan menganti perbannya. Setelah selesai, saat kami berdua di ruang tunggu aku bertanya "Gimana bang, sakit yah tadi pas perbannya di ganti?" dia menjawab singkat dengan gelengan kepalanya, "Trus kok abang tadi nangis?" aku melanjutkan bertanya, "Abang takut ummi, makanya abang nangis." dia menjawab sambil tersenyum.

Setelah kejadian itu, aku dan abang semakin dekat. Dia lebih banyak bercerita dan banyak bertanya padaku. Pagi tadi saat di sekolah, aku datang lebih awal, sembari mengajar iqro anak waktu kegiatan pagi, sesekali aku menengok ke arah luar menuggu abang datang. Tak lama abang datang, kulihat wajahnya agak sedikit muram dan sedih menahan tangis. Saat ku tanya, dia tak mau menjawab. Hanya menggelengkan kepalanya saja. Abang melanjutkan kegiatan pagi untuk menggambar, selesai menggambar dia antri untu mengaji iqro denganku, saat giliran dia untuk mengaji, dia tersendat sendat membaca bismillah menahan tangis. Aku heran dan langsung memeluknya dan mengajaknya untuk bercerita. Aku membujuknya, sambil memelukku dia berkata "Ummi, abang mau ganti perban sama papa aja, abang gak mau ke dokter lagi hari ini.". Setelah bercerita aku baru faham, alasan dia sedih dari awal datang ke sekolah sampai akhirnya dia menangis dan bercerita. Ku usap usap punggungnya "Abang, jahitan abang kan sudah di lepas, jadi abang gak perlu ke dokter lagi, nanti di rumah biar mama atau papa yang ganti perbannya yah, abang jangan nangis lagi yah, abang nangis ummi ikut sedih nak.", Dia menganggukkan kepalanya dan masih terisak. Tak lama tangisnya berhenti, berganti dengan tawa dan ceria. 

Abang Ariiq ingat, senin pekan lalu dia konsul ke dokter bersama ku untuk ganti perban luka di dagunya. Itulah alasannya mengapa datang ke sekolah senin pagi tadi dia terlihat agak sedikt berbeda, dia takut senin ini dia harus ke dokter lagi. Lekas pulih abang sayang, selalu ada doa untuk abang dan teman teman yang lainnya. Ummi mencintai kalian karena ALLAH.

Sedikit cerita untuk hari ini. Bahagia tak terhingga saat di takdirkan ALLAH untuk menjadi seorang guru. Alhamdulillah


Prabumulih, 19 November 2012


0 komentar:

 
Copyright © Dunia Ku
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur