Jumat, 01 Oktober 2010

Diskusi menguras hati

Kemarin, jam 8 pagi sudah ke kampus dengan membawa proposal yang bakalan aku kasih tunjuk kepada dua dosen pembimbing skripsiku tersayang ^_^. Semangat begitu mebuncah sekali pagi itu. Yang akan di temui pertama sekali adalah PS 1 ku, akan ku ceritakan semua persoalan yang aku hadapi selama beliau pergi merawat suaminya yang sedang sakit 1 bulan yang lalu. Saat bertemu dengan PS 1 pagi itu, ku utarakan semua maksud dan tujuanku, ku jelaskan beberapa hal yang sangat mengganggu fikiranku, niatku untuk mengganti alat analisis dari linear menjadi korelasi, alasan-alasannyapun aku jelaskan padanya. Jawaban yang begitu meyakinkan "Ya ibu setuju kamu ganti alat analisisnya, kamu jelaskan juga pada PS 2 ya nak." begitu lembut dan santun sekali tutur katanya. "Alhamdulillah, terimakasih bu. Iya kalo begitu tata sekarang ketemu sama PS 2 dulu ya bu. makasih ya bu." permisi untuk undur diri dan mencium tangannya. Bergegas dengan semangat yang lebih membuncah untuk bertemu dengan PS 2, aku berharap beliaupun menyetujuinya karena sudah mendapat persetujuan PS 1. Sampai diruangannya aku mencoba untuk tetap ceria, sama seperti saat aku bertemu dengan PS 1 tadi, semua  maksud ku utarakan padanya. Setelah semuanya ku utarakan jawabannya "Kenapa seperti itu??analisis korelasi itu terlalu mudah.." jawabnya santai, "hmm tapi pak kalo pake korelasi itu lebih bisa dipahami, dibandingkan dengan linier..." jelasku, "Tapi itu mudah sekali, gak ada yang lebih bagus lagi?" kekeh mempertahankan argumennya, "Yah bapak mah, kalo susah juga percuma ntar saya juga gak bisa ngerjain pak,, ayolah pak, korelasi saja yach,, pak yah  korelasi yah.." rayuku padanya dengan nada sedikit memelas, hmm mungkin beliau sedikit heran melihat aku, mungkin pikirnya berani sekali mahasiswa ini merayuku xixixixixi. Ya PS 2 ku memang salah satu dosen yang sangat di segani untuk masalah skripsi sebagai PS, rada banyak maunya, sulit, kiler, banyak sekali julukan untuknya. Akupun dulu sempat berfikiran seperti itu karena terhasut teman2 yang lain, tapi sudah lama ku hilangkan persepsi jelek tentangnya, aku yakin beliau tidak seperti itu, positif sajalah, aku yakin aku bisa menghadapi beliau dengan baik. Masih terus merayunya "Pak, itu PS 1 juga udah setuju masak bapak gak setuju" lanjutku, namun sayang tidak di hiraukannya, beliau sibuk membolak balik proposalku. "SABAR jangan mengeluh" menasihati diri sendiri dalam hati "Tetap tersenyum Tata.". Hampir 1 jam diruangannya hanya untuk mempertahankan usulanku mengganti alat analisis. "Heemm gimana data kecamatan yang saya minta kemarin, bener2 tidak ada? ini judul skripsimu terlalu rancu, terlalu sederhana, pembahasannya juga gitu sederhana sekali nantinya, hanya melihat di kabupaten saja.." pembahasan yang berbeda lagi. "Iya pak, beneran gak ada, yakin gak bohong saya pak tapikan memang awalnya hanya melihat potensi ekonomi di kabupaten saja pak,." jelasku. "Tapi kalo gak ada mau digimanain pak." jawabku. "Kalo ada data kecamatannya pembahasan ini akan lebih bagus lagi." jelasnya lagi. Diskusi yang sangat panjang dan benar-banar menguras hati, aku tetap mempertahankan argumenku, terduduk lemas dengan rasa hati tak menentu namun tetap tersenyum dan bersikap biasa saja di hadapannya. Padahal hati menahan rasa untuk meneteskan air mata "Tahan tata, nangisnya nanti ya kalo di rumah.". "Ya sudah coba kamu tanyakan sekali lagi data kecamatan itu, tunjukkan pada saya." katanya, "Pak tapi kalo gak ada gimana?" tanyaku, "ya kalo gak ada tetap ke pembahasan awal." jawabnya singkat, "tapi tadikan saya udah jelaskan ke bapak, datanya disana gak ada." dengan nada memelas, "coba tanyakan sekali lagi, saya ingin lihat, kamu datang kesini lagi mengahadap saya kalo sudah dapet kepastian dari pihak BPS." jawabnya santai, "iya pak kalo memang harus begitu, nanti saya coba minta tolong ibu sama bapak saya dirumah untuk menanyakannya lagi ke BPS." Berusaha tetap tersenyum dan menahan tangis, "Oke kalo begitu.." jawabnya, "Maaf pak untuk alat analisisnya bagaimana? bisa saya mengunakan korelasi?" tanyaku, "iya boleh silahkan mengunakan rumus korelasi," jawabnya membuat hatiku sedikit tenang. "Oh iya bapak terimakasih banyak, insyaAllah kalo sudah ada kepastian dari pihak BPS saya akan segera mengabari bapak." jelasku, "Iya, saya tunggu." jawabnya, akupun undur diri "Saya permisi pak, terimakasih pak, assalamu'alaykum".

Keluar dari ruangannya hati sudah tak kuasa menahan tangis, hiks. Argumenku tentang data kecamatan tak digubrisnya sedikitpun, beliau tetap inginkan data itu. Di samping ruangannya duduk sembari menungu teman menjemputku, akhirnya pecah juga tangisku, mewek sendiri, untungnya tak banyak orang di sekitarku. Hemm diskusi yang menguras hati dan air mata. Kegelisahan itu sirna saat mama berkata "Ya sudah jalani saja, nanti mama dan papa akan membantu untuk menanyakan data itu. ikuti saja apa yang disuruh oleh beliau mb, semau pasti ada jalan keluarnya. Yakinlah setelah kesulitan ini pasti ada kemudahan, Allah ingin melihatmu sungguh2 untuk berjaung. Sebelum DIA memberikan kemudahannya, DIA pasti akan memberikan ujian2nya dulu. Mb pasti sanggup menjalaninya. Yang sabar, semua pasti beres mb." Jelas mama padaku saat aku menelfonya kemarin siang. Mama nasihat dan dukunganmu membuatku kuat dan yakin. terimakasih mama.

Yah itulah hasil yang kudapat kemarin, apapun itu harus tetap disyukuri, alhamdulillah untuk analisis semaunya menyetujui untuk di ganti. Tinggal data kecamatan itu saja. Satu minggu lagi kembali menghadapnya kalo data itu sudah ada. Semoga kedepan bisa lebih baik dan dipermudah.Amin. Terimaksih untu kemarin Ya Rabb...^^

0 komentar:

 
Copyright © Dunia Ku
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur